Antisipasi Bencana Wai Ela, Soulissa Minta Aparat Tegas Terhadap Warga
Mengantisipasi kemungkinan bahaya Waduk Wai Ela, sejumlah warga memang sudah mengungsi sejak Selasa 22 Juli kemarin ke sanak keluarga terdekat yang dinilai aman, namun tidak sedikit warga masih berada di zona bahaya.
Seorang warga Negeri Lima, Muhammad Said Soulissa yang peduli terhadap sesama warganya kepada sejumlah wartawan di kantor gubernur Maluku, Rabu 24 Juli 2014, minta aparat keamanan untuk bersikap tegas terhadap warga.
"Mengamati kondisi permukaan air yang terus meningkat selama tiga hari ini di Wai Ela, saya sadar kalau sewaktu-waktu bencana itu akan datang menimpa kami. Memang sudah ada warga yang mengungsi, namun saya prihatin karena masih ada banyak warga yang terus bertahan. Karena itu saya minta agar ada ketegasan aparat keamanan terhadap warga," pinta Soulissa.
Apa yang disampaikan Soulissa itu adalah perasaan peduli terhadap sesama warga dan hal itu wajar saja karena bila bencana itu benar-benar menimpa warga maka yang akan disalahkan adalah pemerintah.
"Memang selama ini Pemerintah sudah mengantsisipasi kondisi Wai Ela dengan baik untuk menghindari korban jiwa jika bencana itu benar-benar menimpa mereka. Keseriusan Pemerintah yaitu dengan membuat pengamanan sedemikian mungkin misalkan, membuat posko bencana dan menempatkan sejumlah peralatan maupun petugas yang terus siaga selama 24 jam, namun semua itu butuh kesadaran warga saja," jelasnya.
Untuk diketahui, sedikitnya 30 penduduk Negeri Lima telah berada di lokasi penampungan pengungsi di Dusun Latang yang jaraknya sekitar 700 meter dari desa setempat.
Awalnya pemerintah telah memprogramkan tempat pengungsian di desa Seith. Namun karena jaraknya sekitar 7 - 8 KM dari Negeri Lima, makanya dipindahkan dan telah dikerjakan lokasinya maupun pembangunan tenda sejak 21 Juli 2013.
Lokasi tempat pengungsian juga tidak jauh dari Posko Kesehatan maupun PMI.
Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Maluku Tengah, Bob Rachmat, air yang mengairi spillway itu mudah-mudahan sesuai desain yang diprogramkan Kementerian PU bekerjasama dengan JICA, sehingga diharapkan tidak terjadi hal-hal yang kurang diinginkan.
Rachman memastikan stok cadang darurat juga sudah disiapkan di kantor camat Leihitu sehingga memudahkan penyaluran bila saatnya dibutuhkan.
Berbagai fasilitas penunjang terkait pengungsi juga telah dibangun dengan melibatkan BPBD, baik Provinsi Maluku maupun Maluku Tengah, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Dinas PU, Balai Wilayah Sungai Maluku, PMI dan SAR Ambon.
Sedangkan Sekretaris BPBD Maluku, Kifly Wakanno, mengakui hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi selama dua hari terakhir ini sehingga Tinggi Muka Air (TMA) waduk Wai Ela meluber ke `spillway`.
Gubernur Maluku, Karel Albert Ralahalu telah menginstruksikan BPBD Maluku agar segera menangani keresahan masyarakat desa Negeri Lima.
"Kami saat ini dalam perjalan ke Negeri Lima dengan harapan air mengairi spillway sesuai disain sehingga masyarakat tidak panik," kata Kifly.
"Waduk" Wai Ela terbentuk karena longsor bukit akibat curah hujan yang tinggi pada 13 Juli 2012.
Kementerian PU dan JICA kemudian mengembangkan waduk Wai Ela menjadi natural dam (bendungan alam) karena tercatat merupakan yang terbesar di Indonesia.
Dam Wai Ela merupakan yang terbesar dari semua waduk yang terbentuk secara alamiah di Tanah Air, bahkan di Asia juga tidak ada yang sebesar ini.
Natural dam Wai Ela diprogramkan untuk penyiapan air baku, objek wisata, budidaya perikanan darat dan pembangkit listrik tenaga air. (bm 10)

berita Maluku 24 Jul, 2013
-
Source: http://www.beritamaluku.com/2013/07/antisipasi-bencana-wai-ela-soulissa.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com