Aleg MBD Desak Pembentukkan Polairud dan Pos TNI-AL di Mdona Hyera
![]() |
Herman Siamiloy |
Karena dilengkapi dengan senjata tajam (sajam), senjata api (senpi) maupun bahan peledak (handak), para pencuri acap kali tak bisa dilumpuhkan masyarakat maupun aparat Kepolisian Sektor Pulau-pulau Babar. Fenomena itu kian meresahkan masyarakat setempat yang hingga kini masih mendambakkan kehadiran aparat penegak hukum.
''Ketika saya tiba di Meatimiarang, sesuai pengakuan anggota kepolisian dan pimpinan kecamatan setempat, ada anggota polisi dengan senjata lengkap dikejar dan disuruh berenang oleh para pencuri ikan dari Alor. Kalau aparat saja sudah diperlakukan semena-mena dan tanpa wibawa seperti itu, bagaimana pula dengan masyarakat biasa. Ini catatan kritis bagi petinggi Polri dan TNI, apakah kondisi memilukan dan memalukan ini akan tetap terjadi,'' tegas anggota legislatif Maluku Barat Daya As Tunay kepada media ini di Ambon, Jumat, 19 Juli 2013.
Kabar terbaru, sebut anggota Fraksi PDIP Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) MBD ini, para pencuri ikan membarter sebotol solar (solar dijual Rp 15.000 seliter) dengan wanita kampung sebagai pemuas kebutuhan biologis mereka. ''Bayangkan harga diri seorang perempuan diperlakukan seperti itu, tanpa perlindungan Negara. Tapi, masyarakat tak bisa berbuat apa-apa karena mereka sering diintimidasi para pencuri ikan dengan sajam, senpi, dan handak,'' ungkapnya prihatin.
Tunay menambahkan karena belum ada Pos Polisi Air dan Udara (Polairud) dan Pos TNI-AL (Posal), tanaman-tanaman umur pendek warga, misalnya jagung, papaya, dan pisang, tak luput dibabat habis para pencuri ikan ketika warga tengah menjalankan ibadah minggu di Gereja. ''Sudah saatnya pihak Polri maupun TNI-AL mengambil kebijakan urgensif nan preventif dengan membentuk Pos Polairud maupun Posal di Mdona Hyera, khususnya di Luang, dan Meatimiarang,'' desaknya.
Selain itu, dengan kian rawannya Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas) di wilayah perbatasan Republik Indonesia, Timor Leste, dabn Australia itu, Tunay berharap Polri melalui usulan Kepolisian Daerah Maluku segera membentuk Kepolisian Resort MBD. ''Memang benar sudah ada Polsek Urban, tapi personel yang ada masih minim, belum lagi infrastruktur yang terbatas untuk menangani praktik illegal oil, illegal fishing, maupun illegal logging, dan imigran gelap. Penangkapan 95 warga Negara Myanmar di Desa Esulit Barat (Wetar) mestinya menjadi refleksi bagi Kapolda Maluku untuk secepatnya membentuk Polres di MBD,'' ulasnya.
Terpisah pemuka masyarakat MBD Herman Siamiloy berharap jajaran Polri dan TNI-AL bisa menindaklanjuti aspirasi masyarakat Mdona Hyera untuk penempatan Pos Polairud dan Posal di wilayah anyar itu. ''Sebab, sebagai Beranda Depan Negara, MBD mesti diperhatikan dari berbagai aspek, tak terkecuali dari pendekatan keamanan dan pertahananan maupun Kamtibmas. Bahwa penempatan Pos Polairud maupun Posal merupakan keniscayaan yang tak bisa ditawar-tawar pemerintah,'' ujar mantan Kepala Tata Usaha Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah XII Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat itu. (rony samloy)

berita Maluku 19 Jul, 2013
-
Source: http://www.beritamaluku.com/2013/07/aleg-mbd-desak-pembentukkan-polairud.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com