Soal Penanganan Dam Way Ela – Jalan Terakhir di Waktu Kritis

Intensitas hujan yang belum menurun mendekatkan status Natural Dam Way Ela, Negeri Lima, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, pada prediksi Badan Penanggulangan Bencana Nasional.

Pada tanggal 25 Juli itu, Tinggi Muka Air atau TMA diperkirakan akan mencapai 196.50 meter dpl. Pada saat itu, bendungan diperkirakan jebol.

Pemerintah sendiri masih memilih jalan terakhir di sisa lima hari sebelum waktu kritis itu. Tim teknis dari Balai Sungai Wilayah (BSW) Maluku, Dinas PU Maluku, Kementerian PU dan kontraktor PT Waskita Karya beserta konsultannya, memutuskan mengambil langkah darurat. Langkah ini diambil karena pembangunan spill way permanen tidak bisa diselesaikan dalam waktu sesingkat itu.

Menurut Kepala BSW Maluku Mohammad Marasabessy, penanganan teknis daruratnya yaitu penggunaan terpal geo-membran untuk mengalirkan air turun. Jika air melewati terpal tersebut, permukaan tanah yang dilewati tidak akan tergerus (terkikis). "Jadi tetap aman, masih bisa diantisipasi," katanya.

Terkait saluran untuk mengalirkan air dari bibir waduk ketika penuh itu, Darajot Rosyadi, Konsultan Supervisi dari PT Consolindo INACO menjelaskan, ada dua alternatif bisa dipergunakan. Yang pertama penggunaan beton konkrit (grooting) yang disebut polyester wallfan double layer.

Bahan ini, kata Darojat, seperti matras (kasur), dimana cairan beton dipompa ke dalam matras secara hidrolik, akan mengering dalam waktu lima menit. Yang kedua, lanjut dia, seperti yang disebutkan Marasabessy, yakni penggunaan bahan yang disebut geo-textile linier atau GCL. Sifatnya mengalirkan air tanpa membawa material tanah, pasir atau kerikil.

"Jadi harus pake GCL dulu, nanti airnya udah jinak, sampai musim hujan selesai, bulan September gitulah, yang penting sekarang kita cepat dululah," katanya kepada Ambon Ekspres, di lokasi spillway Wae Ela, Kamis, lalu.

Namun ini bisa dilakukan dengan asumsi, pekerjaan pemasangan terpal-terpal pengalir air itu terlaksana dengan baik. Karena di lapangan, hujan merupakan kendala utama saat ini.
Hujan membuat medan berat. Keterlambatan pembangunan spill way diakui akibat hujan. Dalam kondisi hujan, alat berat sulit dioperasikan. Tanggul yang tersusun dari material longsoran gunung Ulakhatu, dimana bahan-bahan ini akan diletakkan berada pada ketinggian 100-200 meter dpl. Sedang tingkat kecuramannya mencapai 45- 60 derajat. Ini membuat longsoran tersebut labil, lapisan atasnya seperti lumpur dan licin saat hujan.

Berdasarkan data BMKG Pusat, curah hujan Juli 2013 dikategorikan tinggi diantara 301-400 MM. Bila perkiraan ini tepat, maka volume air di Dam Way Ela akan terus naik, dan tidak lagi terbendung.

Pantauan Ambon Ekspres, Kamis (18/7) lalu, potensi bencana di Way Ela yakni, adanya kondisi tanggul dari material longsoran Gunung Ulakhatu yang labil atau mudah ambruk. Sementara volume air di waduk diperkirakan mencapai jutaan kubik, dan jumlahnya terus meningkat tanpa bisa dikendalikan melalui pemompaan.

Sementara perhitungan rata-rata kenaikan tinggi muka air (TMA) terbaru, mencapai di atas 50 sentimeter per hari, padahal sebelum musim penghujan hanya antara 2-3 sentimeter.

Endingnya, diprediksi, tanggal 25 Juli nanti TMA mencapai ketinggian 196.50 meter dpl. Di titik ini, permukaan air sudah sama rata dengan bibir "danau" yang terjadi secara alami tersebut.
Saat briefing lapangan di spill way Wae Ela, tim teknis BSW Maluku, Kementerian PU dan pelaksana dari PT Waskita Karya, terungkap hal paling krusial untuk diwaspadai yakni melubernya air ke mana-mana secara tak terkendali ketika, air disalurkan. "Yang penting dijaga saja, jangan sampai air keluar jalur, meluber kemana-mana," tekan Kadis PU Maluku Ismail Usemahu menanggapi keputusan yang diambil oleh tim teknis.

Lalu di bagian lain ada fakta, sebuah saluran kini mulai terbentuk di bibir danau Way Ela. Kamis lalu, ketika air mencapai 70 cm pada palescale yang baru dipasang tak jauh dari tempat itu. Air mengalir deras ke saluran itu. Lalu masuk ke dalam perut bumi (tanggul) tanpa diketahui kemana air itu mengalir atau keluar.

Kondisi ini mirip yang terjadi di Batugajah, Kota Ambon. Terjadi patahan tanah di wilayah itu, Juli 2012 lalu. Menurut beberapa warga Batugajah saat itu, sebelum patahan ini terjadi terdengar bunyi air mengalir di bawah permukaan tanah, lalu disusul bergeraknya tanah, membentuk patahan.

Terpisah Danrem 151 Binaiya Kolonel Inf Asep Kurnaedi yang juga ketua tim penangulangan bencana Dam Way Ela mengakui kalau pihaknya terus memantau perkembangan. "Kita saat ini memang masih terus memantau perkembangan Dam Way Ela, dan saya juga sudah perintahkan kepada instansi yang terlibat dalam penangulangan bencana Way Ela untuk mendirikan tenda di sana, mengantisipasi segala kemungkinan yang bisa terjadi," ujarnya.

Disinggung soal prediksi BNPB Dam Way Ela akan jebol pada 25 Juli, perwira dengan tiga pucuk melati dipundaknya ini mengakui hal tersebut masih sebetas prediksi, namun faktanya akan akan dilihat di lapangan nantinya. "Itukan masih sebatas prediksi, jadi nanti kita lihat saja perkembangannya di lapangan seperti apa nantinya," ungkapnya.

Dari Kantor Gubernur, untuk mengantisipasi jebolnya Way Ela, Gubernur Maluku Karel Alberth Ralahalu telah menyurati pemerintah pusat. Surat dengan nomor 360/1901 tertanggal 17 Juli 2013 itu, ditujukan kepada Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BPBN) di Jakarta yang tembusannya disampaikan kepada Presiden Republik Indonesia (RI) Susilo Bambang Yudhoyono.

Dalam surat itu gubernur melaporkan kondisi Natural DAM Way Ela terutama ketinggian muka air terkini, karena statusnya sudah ada pada level awas. Bahkan diperkirakan Natural DAM tersebut akan jebol pada 25 Juli 2013 mendatang, bila kondisi cuaca ekstrim yang saat ini melanda Maluku terus terjadi .

Kepala BPBD Maluku Farida Salampessy mengakui adanya surat tersebut. "Inti dari surat itu yakni meminta perhatian BPBN Pusat," ungkapnya. Dijadwalkan kepala BPBN akan melakukan kunjungan kerja di Maluku. (ameks)

admin 20 Jul, 2013


-
Source: http://balagu.com/?p=584
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com

0 komentar: